10.21.2010

Mulus Sehabis PP
2009-10-02 23:24:50
3078gtb_1216.jpgJarak tempuh mudik beragam. Ada yang PP (Pergi Pulang) cuma 100 kilometer ke bawah, ada juga yang mencapai ratusan kilo. Termasuk barang bawaan dan gaya ridingnya bermacam-macam hingga beberapa komponen motor layak diwaspadai. Nah, supaya mulus pergi-pulang, mesti mewaspadai beberapa hal. Misalnya....

UMUM DIPERHATIKAN

Berapapun kilometer yang bakal ditempuh, persiapan standar umum layak dicermati. Devaldi, mekanik BNK Performance Tangerang memberikan gambaran umum komponen apa aja yang mesti dicermati setelah mudik. Apa saja yang harus diperhatikan setelah arus balik.

“Baiknya sih lihat kondisi kampas rem depan-belakang. Kalau sudah tipis mendingan diganti. Simak juga kondisi gir depan-belakang, jika udah lancip ganti saja,” katanya.

Untuk performa rantai, sampeyan harus melumasinya dengan chain lube. Jangan pakai grease, gemuk atau oli karena tak masuk ke sela-sela dan bisa menimpun debu. Wah ini sih standar, juga kerap dianjurkan MOTOR Plus. Sering baca Em-Plus ya? He..he..he...

Kru BNK juga menyarankan untuk cek menyeluruh demi keamanan, sil oli, magnet juga perlu dicermati.”Deteksinya gampang pas mesin dihidupkan, cium apa ada bau oli terbakar, soalnya jika iya tenaga mesin akan ngempos dan boros.

Oh ya khusus motor 2-tak, setelan oli samping jangan dibuat boros sedikit. Kalau males nyetelnya, masukan aja oli samping itu ke tangki bensin,” ungkap mereka.

Mengingat medan yang berat juga kemacetan yang melanda, karburator harus dalam kondisi fit. Jangan malas membersihkan dengan carburator jet terutama di nosel, main dan pilot-jet berikut skep dan jarumnya. Wah, ini juga anjuran standar yang memang kadang sering diabaikan.

DI ATAS 500 KM

Jalur mudik membelah Jawa atau Sumatera, punya tantangan berat. Jalan yang barvariasi. Mulai permukaan kribo sampai berlubang dalam tentunya mengundang berbagai kerusakan komponen. Selain persiapan umum dan 0-500 km, beberapa sektor harus diperhatikan ekstra.

Wilayah kaki-kaki misalnya menjadi sorotan penting. Biasanya saat masih di kisaran 0-500 km, belum ada hal-hal yang mengganggu. Tapi setelah 500 km ke atas, ada saja yang dirasakan. Bagian belakang misalnya macam goyang Inul. Ban belakang geol-geol, tanda ada sesuatu yang salah di sektor ini. Coba cek, jika godeknya di seputar lengan ayun, berarti bushing as lengan ayun harus diperbaiki. Sedang jika terasa goyang disertai gesekan logam, silakan cek laher dan rumah lahernya.

Khusus motor konstruksi monosok seperti Yamaha Scorpio ada hal unik yang sering terjadi saat kebetulan sudah menjajal 10.000 sampai 15.000 km pemakaian. Banyak terjadi, rider mendengar suara nyit..nyit lantas amblas. Problem terjadi di dua sektor yakni arm relay (bagian yang langsung berhubungan dengan lengan ayun) dan connecting rods (titik tumpu bagian bawah monosok). Ada 4 bos di arm relay dan 2 bos conrod memang harus dilakukan perawatan di kisaran jarak antara 500-2.000 km, 4.000 km dan kelipatan 4.000 km selanjutnya.

Mekanik dan builder kreatif biasanya memasang persiapan khusus demi keawetan sektor ini. Beberapa memasang nipel gemuk lewat modifikasi bor 6 mm. Sebelumnya dibuat ulir dengan tap baut 8 untuk memasang nipel gemuk ini.

0-500 KM

Taruhan mudikers Jakarta yang akan bertandang di kampung halaman sekitar Jawa Barat. Perjalanan berikut jalan ke sana-kemari akan menghabiskan jarak kisaran 500 plus minus. Bisa dibilang, motor tidak begitu mengalami heavy duty, hanya saja beban terberat ada pada kemacetan yang melanda atau barang bawaan yang kadang melebihi biasanya.

Perawatan secara umum setelah sampai di rumah kembali ada beberapa hal. Yang perlu dicermati karet teromol, kampas cakram dan saringan udara. Termasuk saringan CVT di motor skubek harus di cek juga. Ini sih sama saja dengan perawatan rutin. Belum ada apa-apanya. Sama dengan motor dipakai dalam kota sekitar 16 hari atau 2 minggu.

Perlu diketahui, rantai atau motor yang bertransmisi CVT perawatannya tidak perlu ekstra jika hanya mudik PP 500 km. Namun meski begitu tetap harus melakukan cek ulang. Terutama kekencangan rantai roda.

Sebagai panduan, satu set rantai berikut gir depan-belakang biasanya aus di kisaran 10.000 km. Untuk CVT bisa lebih jauh. V-belt CVT bisa ganti yakni setiap 25.000 km. Jadi, kalau mudik hanya 500 km PP tidak perlu ganti rantai atau v-belt CVT.

Khusus CVT, sampeyan bisa buka covernya dan cek, jika saat ditekuk di belt CVT ada retak halus, berarti sudah aus dan memang waktunya harus diganti.

MODIFIKASI MUSUH MUDIK JAUH

Khusus motor poser: ground clearance rendah, wheelbase panjang, ban gambot, rangka rigid dan jari-jari rapat, perlu berhati-hati. Yustinus Erwan Santoso, builder Insan Motor Jakarta mewanti kelemahan modifikasi poser dalam turing jauh. Ban terlalu gede (di atas ukuran lebar 180) membuat tarikan berat dan rawan rusak gir depan-belakang.

Misalnya modifikasi low rider yang memanjangkan sumbu roda. Ada beberapa hal yang mesti dicek. “Masalah kerap timbul sekitar area roda. Paling gampang dijumpai biasanya ban dalam kerap kempis,” jelas Lusep Sugiharto dari Kahanan Motor, rumah modifikasi satelit dari Tauco Custom yang sudah kebanyakan order itu.

Menurut Lusep, ban gampang bocor bisanya karena tidak ada stopper. Posisi ban dalam yang gede tidak bisa diam terjepit. Akibatnya, ya jadi gampang bocor, kalau mau lebih awet mending dibikin tubeles aja jika memungkinkan.

Lusep juga kasih tahu hal lain yang kerap bermasalah sehabis jalan jauh. Katanya akibat ban gede low rider biasanya laher roda gampang oblak. Coba dicek saja. “Biasanya roda goyang kiri-kanan,” jelas Lusep yang sudah punya dua anak itu.

Selain itu perhatikan juga sil sok depan. Akibat ban gede bikin berat kerja suspensi. Biasanya sil gampang bocor. Juga akibat pemakaian jari-jari rapat bikin teromol gampang rompal.

Penulis/Foto : Isf@n/Indra GT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar