10.21.2010

Maksimalkan Aliran
2010-03-26 19:30:46
4220pompa-oli-shogun-adib-1.jpgKeunggulan mesin Suzuki Shogun series, sudah didukung SALCS (Suzuki Advanced Lubrication & Cooling System). Tampak pada penerapan pipa aliran oli yang mengarah langsung ke pen setang seher dan sekitarnya (gbr. 1). Sehingga kerja komponen yang berada di bawah seher diharapkan makin optimal.

Sayangnya begitu melihat posisi pipa pengarah oli yang mestinya ke bawah piston, taunya aliran oli malah enggak sesuai harapan. Muncratnya oli bertekanan tinggi dari ujung pipa itu justru membentur dindinng liner bagian bawah.

Mubazir memang. Sebab oli yang mestinya melumasi komponen yang berada di bawah seher seperti pen seher, setang seher, dinding liner dan ring oli, jadi percuma karena mentok ke dinding bawah liner. Oli itu pun kembali ke ruang crank-case dengan percuma.4221pompa-oli-shogun-adib-2.jpg

“Dulu di Shogun 110 dan 125 seperti itu. Aliran oli mentok di boring bawah lantaran posisinya dekat pipa. Sementara punya Satria F-150 dan Shogun 125 produk sekarang boringnya sudah diseting pabrik ada coakan atau celah setengah lingkaran. Sehinga aliran oli benar-benar ke pen setang seher,” ujar Jimmy Hamdani, owner Schnell Motorsport di Jl. Tubagus Angke, No. 38, Jakarta Barat.

Perihal itu diakui Jimmy sudah lama diketahui. Saat itu mantan mekanik Suzuki Gedong Panjang, Jakarta Utara itu, sering bikin mesin motor balap resmi. Maka tidak salah jika komponen penunjang yang aslinya sudah dilengkapi itu dimaksimalkan. Caranya adalah dengan membikin coakan baru pada daging liner di bagian bawah (gbr. 2).

“Bikinnya enggak susah kok. Kita tinggal bikin coakan aja di liner silinder yang bentuknya mirip punya Satria F-150. Dan dengan membuat celah baru ini, diharapkan teknologi SALCS pada Shongun series benar-benar bekerja lebih sempurna,” imbuh pria 33 tahun ini.

Dilanjutkan Jimmy, katanya coakan itu bisa kok dibikin langsung pakai pisau tuner. Namun dengan alat ini konon butuh waktu lama. Karena, ya material liner itu memang sangat kuat. jadi, harap maklum!

Atau kalau mau lebih simpel, pemilik motor serta mekanik bengkel juga bisa minta tolong ke tukang bubut. Tentunya untuk membuat celah itu dengan bantuan mesin miling. Sehingga hasil yang diinginkan jadi lebih memuaskan dan rapi.

Kemudian posisi celah yang akan dibikin pada liner juga perlu diwaspadai. Pasalnya posisi pipa oli dengan boring dan blok mesin agak miring alias tidak sejajar. Makanya dibutuhkan ketelitian saat mengukur bagian itu.

Seletah celah sukses dibentuk, untuk memasang silinder blok ke crank-case juga tidak terlalu repot. Dalam artian, cara pemasangannya sama seperti ketika mekanik servis besar dan tidak ada yang diubah.

Penulis/Foto : Kris/Adib
Modal Tang Atur Kedipan
2010-04-01 20:27:05
4251atur-kedip---endro-1.jpgLampu sein atau turn signal di beberapa daerah disebut dengan lampu reting. Merupakan lampu pemberi aba-aba ketika pengendara mau belok atau berganti arah. Tanda ini dikenali lewat lampu kecil yang berkedip. Jadi, pengendara lain atau orang di sekitar jalan dapat menyadari bahwa ada kendaraan yang akan berganti arah.

Nah, lampu sein yang berkelip ini diperintah lewat perangkat elektronik yang biasa disebut flaser. "Kalau flaser rusak, lampu sein hanya menyala, tidak berkedip," ujar Andri Darsono dari bengkel G2C di Cinere, Depok.

Kedipan sein ini biasanya sudah diatur oleh pabrikan. Jeda menyala lampu sein bervariasi, biasanya 1,5 sampai 2 kali menyala bergantian tiap detiknya setelah sakelar sein mulai diaktifkan.

"Kalau mau ngoprek sedikit sebetulnya kedipan lampu sein bisa diatur nyalanya-matinya. Seru aja biar kelihatan beda dengan motor lain pada umumnya," jelas mekanik berambut lurus ini.4252atur-kedip---endro-2.jpg

Caranya cukup sederhana. Enggak perlu tambahan peranti elektronik dan lainnya. Oleh Andri langsung dipraktikkan pada sein Honda BeAT. Cukup siapkan obeng kembang dan min serta bantuan tang buaya.

Lanjut pada tahap pengerjaan. Tahap awal lepas dulu flaser yang posisinya ngumpet di dalam cover setang. Tepatnya dudukan flaser dari bahan karet itu terletak di bawah spidometer Honda BeAT.

Butuh obeng kembang buat melepas empat sekrup baut plus yang mengikat cover penutup setang Honda BeAT. "Hati-hati mebuka cover setang, jangan sampai braket penguncinya pecah," wanti Andri.

Setelah flaser bisa dilepas dari soket, giliran ngulik bagian dalam flaser. Untuk melakukannya buka rumah flaser yang dibuat dari bahan plastik itu menggunaka obeng min. "Tinggal cungkil aja bagian ujung flaser untuk membuka rumahnya. Setelah itu, bagian jeroan flaser sudah bisa dilihat," urai Andri lagi.

Bagian dalam flaser terdiri dari gulungan kawat halus dan sebuah kapasitor yang posisinya sejajar. Untuk mengatur kedipannya mudah, tinggal atur posisi pelat bagian paling atas sebagai dudukan pelatuk yang memerintahkan lampu sein berkedip.

Untuk mengaturnya lamanya lampu sein berkedip, cukup ditekuk secara perlahan posisi pelat sebagai dudukan pelatuk tadi dengan manfaatkan tang buaya. Hati-hati jangan sampai gulungan kawat terluka atau putus karena itu bakal merusak flaser.

“Atur tekukan dengan tang tadi sampai kedipan atau jeda menyala lampu sein sesuai keinginan,” jelas mekanik yang baru saja menikah ini.

Jika kedipan lampu sudah oke, jangan lupa flaser dirakit dan kemudian pasang kembali pada tempatnya.

Penulis/Foto : Belo/Endro
Salah Seting Panas-Dingin
2010-04-01 20:27:15
4247efek-spuyer-dvd-1.jpgUntuk seting semplakan, sobat musti presisi sesuai kebutuhan. Misalnya, di motor bore up. Sebab jika tidak, ada konsekuensi yang akan ditimbulkan. Iya, coba kita cari tahu yuk. Ambil contoh, dari seting main-jet.

“Jika main-jet kurang besar, tentunya akan berakibat pada mesin. Mesin jadi lebih cepat panas,” ujar Hidayat dari Kaka Motor di Jl. H. Abdul Rojak, RT 06/04, No. 48, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Selain mesin jadi lebih cepat panas, konsekuensi lain ada pada piston. Iya, piston alias seher jadi berwarna cokelat-kekuningan akibat panas berlebih. Itu di motor harian lho. Kalau motor balap, selain piston bisa macet, klep juga bisa putus atau malah bengkok.
4248efek-spuyer-dvd-2.jpg
Malah menurut pria yang akrab disapa Kaka ini, jika di motor 2-tak mesin bisa mati tuh. “Memang, itu saya alami sendiri. Meski dalam hitungan menit mesin bisa dihudupkan kembali,” timpal pria yang juga mekanik balap tim Honda ini.

Sedang jika spuyer terlalu basah, bukan hanya piston yang menjadi hitam akibat tersiram bensin. Mesin tidak bisa menghasilkan panas maksimal. Maunya dingin terus. Knalpot juga jadi hitam karena deposit karbon. Efek lainnya, busi jadi cepat mati!

Bicara part lain, misalnya kampas kopling. Terutama kampas kopling skubek. Jika aus, yang terjadi selip. Akselerasi jadi lebih lambat.

Tidak hanya itu, raungan mesin lebih tinggi untuk mulai jalan. Di skubek, ini karena kampas kopling jauh merenggang untuk menekan mangkuk kopling. “Per CVT lebih jauh nekan kampas sentrifugal,” aku Kaka.

Penulis/Foto : Eka/David
Tajam Seperti Silet
2010-04-09 21:47:43
4314subtitusi-keteng---boyo-02.jpgKejadian ini ditemukan langsung berdasarkan pengalaman mekanik balap. Lantaran harus bekerja cepat melepas rantai keteng, yang korban jari tangan. Berdarah disayat pelat rantai.

Seperti diutarakan Suar, mekanik yang kerap bongkar-pasang rantai keteng Honda Supra X 125 atau Blade 110.

Kejadian ini bisa jadi peringatan buat mekanik. Ati-ati ketika melepas atau memasang rantai keteng Supra X 125 atau Blade. “Terutama yang masih menggunakan rantai kamprat asli pabrik,” jelas Suar yang dari BRT itu.

Bentuk ujung pelat rantai memang menyudut atau tirus. Sehingga bikin tajam. Tidak seperti rantai roda yang bilah pelatnya dibikin radius. Tidak tajam.

Kata Suar, kalau tidak mau terluka, silakan pakai sarung tangan. Atau kalau di balap yang dikejar waktu, silakan pakai produk aftermarket. “Seperti buatan Indoparts,” jelas Suar. Weleh!

Penulis/Foto : Aong/ok. MOTOR Plus
Pabrikan Juga Ikut
2010-04-16 20:11:49
4385hal13_knalpot1.jpgMenarik juga dengar celetukan Ko Jerry, produsen knalpot R9 yang lama berkiprah di dunia pipa gas buang menarik juga. Bahkan komentarnya membuahkan ide tulisan dan bisa jadi acuan modifikator dan produsen knalpot. Terbukti pabrikan aja mulai ikut-ikutan. Nyok.., dilanjut baca terus.

Katanya, sekarang knalpot aftermarket buat skubek mulai berkembang seperti pipa buang bebek. Maksudnya enggak melulu berkutat di model silincer, tapi juga pada desain pipa alias muffler.
4386hal13_knalpot2.jpg
“Bagian silencer dan muffler sudah bergaya slip on atau terpisah. Model ini pas buat skubek lantaran varian ini kerap bermasalah di seputar pipa gas buang, yaitu sering patah,” jelas Safri Gani nama asli Ko Jerry tadi.

Penyebab knalpot skubek patah, analisis ko Jerry lantaran tabung silencer standar atau variasi bobotnya masih berat. Apalagi kalau pegangannya tidak fleksibel hingga tidak memberikan redaman saat motor melaju di kecepatan tinggi atau di jalan kribo. Makanya di motor balap 2-tak underbone dulu pakai teknik ini dan terbukti sukses.

Untuk menyiasatinya, knalpot model slip on di skubek adalah pilihan tepat. Sebab dengan model muffler dan silincer terpisah, getaran enggak fokus disatu titik yaitu mounting knalpot yang terikat pada sasis atau crankcase. Dan untuk memperkuat sambungan, biasanya dikasih pegas penarik dan mur klem pengikat.

4387hal13_knalpot3.jpg“Keuntungan knalpot slip on bukan cuma tampilan menarik. Dari segi perawatan jauh lebih simpel dari knalpot biasa atau model racing. Bahkan ke depannya, tenaga motor bisa diseting dari 2 pipa ini lewat ukuran volume tabung,” lanjut Jerry yang tinggal di Citra Raya, Bitung-Tangerang.

Tentu celoteh Jerry bukan isapan jempol. Bahkan pabrikan motor kini mulai dengan knalpot model slip on, meskipun hanya pakai klem pengikat. Seperti terlihat di knalpot standar Suzuki Skywave, Scorpio-Z atau di New Jupiter-Z 115 varian terbaru Yamaha.

“Untuk desain muffler antara model yang dulu atau tanpa ada sambungan dengan yang sekarang atau memiliki sambungan, secara fungsi tidak ada perbedaan. Kedua tipe mempunyai kemampuan dan fungsi yang sama dalam proses pembuangan gas buang,” jelas Agung dari Contact Center Yamaha Motor Indonesia yang meneruskan info ini dari divisi R&D PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI).

Lebih lanjut dijelaskan pria yang berkantor di Jl. KRT. Radjiman Widyodiningrat (Jl. Raya Bekasi, Km 23), Pulogadung, Jakarta Timur. Adapun pemasangan sambungan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan perawatan atau servis atau bongkar pasang mesin. Sehingga diharapkan prosesnya tidak mengganggu komponen lain.

Jika itu tujuan utamanya, berarti pemilik motor kudu siap-siap bila nanti knalpot slip on mulai marak dijual. Apalagi kalau sudah pada tahap model knalpot slip on yang pipanya bisa diseting dengan cara menukar diameter pipa.

Dan buat pemilik skubek atau varian lain yang pipa gas buangnya masih biasa, bisa kok dimodifikasi. “Caranya dengan membuat sambungan diameter bertingkat di antara ujung pipa muffler yang dekat silincer. Lalu sambungan diikat dengan klem pengunci,” imbuh Teguh Wiyono mekanik VI-Teg di Jl. Taman Malaka Selatan, K16/1, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Bahkan, model slip on kini sudah sampai ada yang di leher knalpot. Jadi, tidak hanya sambungan antara pipa dengan silencer aja.

Penulis/Foto : Kris/Yudi
Pilihan Baru Skubek Suzuki
2010-04-23 20:34:56
4417piston-bore-up-klx150-yudi.jpgPara penggemar bore up khususnya skubek Suzuki seperti Spin, Skywave dan Skydrive sekarang punya pilihan baru. Selama ini jika mereka ingin bore up pakai piston 58 paling mentok menggunakan piston Thunder 125.

"Banyak keunggulan dari kepunyaan Kawasaki KLX150," kata Herryadhi Noviantho, salah seorang penggemar korek mesin dari Skywave Owner Club (SOC), Jakarta.

Hal yang utama tentunya karena juga menggunakan pin seher 14 mm. "Artinya pasti sesuai buat skubek Suzuki," kata ayah dua anak ini.

Keuntungan lainnya adalah ukuran yang sudah 58 mm. Selama ini buat mereka yang ingin bore up sampai 58 mm dan memilih piston Thunder tadi harus menggunakan yang oversize 100.

Atau pilihan lain menggunakan piston produk variasi. "Karena itu maka secara material kita lebih yakin dengan punya KLX, karena ukurannya sudah 58 mm dan itu buatan pabrik Kawasaki langsung," tambahnya.

Dari bentuk, dimensi dan berat juga banyak keunggulan. "Meski belum menimbangnya tapi saat dipegang bisa dirasakan. Punya KLX lebih ringan," lanjut Hernov, sapaanya sehari-hari.

Karena lebih ringan tadi, maka pergerakan piston jadi enteng. "Meski kalah di bobot, tapi secara kekuatan enggak perlu diragukan. Buatan Kawasaki selama ini terkenal kuat," cuapnya.

Lainnya, bentuk seher yang juga lebih pendek dibanding Thunder. "Dengan begitu, secara otomatis maka daya geseknya juga menjadi minim," jamin pria ngantor di Kuningan, Jakarta Selatan.

Oh ya, soal harga untuk piston dan ring dibanderol Rp 420 ribu. Berminat?

Penulis/Foto : Nurfil/Yudi
Standar Performa Racing
2010-04-30 20:33:31
4455hal13_bobokknalpot1.jpgSaluran buang buat tarung di kelas matik standar, musti aplikasi part bawaan pabrik atau standar motor itu. Tapi, boleh diubah bagian dalamnya alias bobok.

“Sebelum ini, biasanya mengubah atau bobok knalpot dengan cara mengambil beberapa sekat di dalam silincer,” ungkap Deni Mansur, Mekanik tim balap Yonex Gas Pol Kawahara.

Tapi sekarang ini, cara itu sudah mulai enggak dipakai. Sebab, ada metode baru dalam membuat performa part penyalur gas buang itu jadi lebih bertaji. Yaitu, pakai cara model kondom. Pakai model silincer yang lebih kecil macam knalpot racing dan dimasukkan ke dalam saluran buang orisinal.4456hal13_bobokknalpot2.jpg

Menurut Deny yang akrab disapa Komeng, saluran buang model ini lebih bagus ketimbang cara sekat. “Bedanya cukup signifikan. Motor lebih cepat teriak di putaran bawah dan atas juga jalan,” aku Komeng.

Memang benar! Secara logika, knalpot jadi lebih free flow ketimbang model sekat. Sebab dengan silincer yang masuk ke dalam pipa knalpot standar, aliran gas buang jadi lebih cepat keluar. Ya, tidak berputar lama di dalam tabung.

Langkah ini mengharuskan silincer tambahan dijadikan satu dengan tutup knalpot bagian belakang alias ujung knalpot orisinal. “Untuk membuka-tutup silincer, cuma memakai beberapa baut yang menghubungkan tabung knalpot dengan ujung silencer,” tambah Komeng.

Jika sobat ingin mengikuti langkah ini, ada beberapa acuan yang musti diperhatikan. Yaitu, soal panjang-pendeknya silencer ‘kondom’ yang ingin diaplikasi. Menurut mekanik ramah ini, panjang-pendek silincer tergantung dari kapasitas silinder yang diaplikasi engine.

“Biasanya untuk motor yang hanya bermain tak lebih dari 150 cc. Cukup pakai silencer pendek. Jadi tarikan bawah tidak lemot,” saran Komeng lagi. Tapi akan lain jika kapasitas engine sudah mengadopsi 200 cc ke atas. Pastinya butuh silencer yang lebih panjang! Itu karena power mesin semakin besar.

Sedikit bingung, memang ada balap matik 200 cc yang pakai knalpot standar ya? Oh, tau-nya bukan untuk balap road race resmi. Tapi, adu kebut lurus malam hari! Biasanya, ada juga yang bermain dengan knalpot standar meski isi silinder mesin sudah lebih dari 200 cc. Istilahnya, kelas standaran githu deh.

Lanjut! Mantapnya, untuk silencer sendiri, sobat bisa aplikasi punya knalpot racing yang dijual di pasaran. Misalnya, merek Kawahara, TDR, CLD, DBS atau lainnya. Tinggal sesuaikan kebutuhan.

Atau juga, bisa pilih knalpot aftermarket yang oleh produsennya sendiri sudah memakai metode ini. Contohnya seperti saluran buang merek Ahau Motor. Eka“Bentuk dan diameter silencer sudah disesuaikan dengan kebutuhan balap,” ujar Rudi Sukirman alias Ahau selaku owner Ahau Motor.

Dijual Rp 500 ribu, sobat jadi enggak perlu merusak knalpot standar. Jadi, ketika ingin pakai knalpot orisinal tinggal tukar-pasang aja deh.

Penulis/Foto : Eka/David